I'll Be There Scene 5
Minggu
bukan menjadi hari yang menyenangkan untuk Yuu. Tapi ia tetap bersyukur paling
tidak, ia tidak perlu terlibat percekcokan (yang biasanya dimulai dari adiknya)
dengan Mii.
Seperti
biasa Mii selalu punya kegiatan sendiri di luar rumah.
Yang Yuu
lakukan saat hari seperti ini adalah menyendiri di kamar. Terkadang ayahnya tiba-tiba masuk untuk
menanyakan kondisi Yuu. Sudah makan atau belum, atau punya kegiatan diluar
tidak, atau kenapa kau tidak ikutan saja kegiatan yang Mii lakukan bersama
temannya. Yuu mengerti maksud ayah yang khawatir dengan status Yuu di hubungan
sosialnya. Ayah takut Yuu akan menjadi katak dalam tempurung karena hobinya
yang suka dirumah.
"Nao-kun
pacaran dengan Mii ya?" untuk ke-lima kalinya ayah masuk ke kamar Yuu, dan
saat itu Yuu hanya sedang duduk melihat ke jendela.
Yuu
menengok dan tersenyum,
"mungkin
iya, tapi mungkin juga tidak"
"kenapa
jawabanmu begitu, ah ayah pikir yang Nao suka itu..ah..kenapa anak muda
membingungkan ya? Haha.." setelah itu ayah keluar begitu saja dari kamar
putrinya.
Mendengar
perkataan ayahnya Yuu berpikir, itukah yang bisa kau katakan sekarang? Memang
kau sudah lupa apa yang sudah kau lakukan pada ibu-ku sewaktu kau masih muda.
Luka lama Yuu kembali terbuka. Yuu hanya bisa menghela nafas. Seandainya tidak
perlu lahir Mii ke dunia ini.
_________________________________________________________________________
Di tengah
keramaian jalan, banyak berkeliaran anak -anak muda yang tentu saja hanya untuk
jalan-jalan atau berkumpul dengan temannya. Begitu pula dengan Mii. Ia tampak
sangat cantik hari itu. Ia sedang menunggu Nao yang belum kunjung datang. Hari
itu Mii dan Nao sepakat untuk berjalan berdua saja. Pertama bagi Nao, ini hanya
untuk me-refreshingkan hatinya setelah kata-kata penolakan dari Yuu. Dan bagi
Mii, ini hanya untuk membantu suasana hati Nao juga atau justru hatinya lah
yang ingin ia obati.
Setelah
kejadian siang lalu, sikap Nao sedikit berubah. Dia jadi kurang bersemangat,
jarang bercanda seperti dulu lagi, dan jarang menyapa Mii. Maka pada kesempatan
kali ini Mii berusaha untuk mengembalikan semangat Nao, walau ia tahu gara-gara
kakaknya lah Nao menjadi begini.
"Nao-kun,
belum datang juga. Apa dia lupa janji kita?" Mii mulai sedih karena Nao
jarang telat. Tapi kali ini, sudah 15 menit Nao belum nampak.
Mii
sepertinya belum tahu kemana Nao pergi saat itu..
_________________________________________________________________________
"kakak
apa kabar?" Nao sedang duduk di depan makam kakaknya ,Yuto.
"terakhir aku menyadari kepergianmu untuk
selama-lamanya saat aku masuk SD". Nao di tinggal pergi kakaknya saat
umurnya 6 tahun.
"saat
itu aku terlalu kecil untuk mengerti, dan saat yang sama pula aku mencari sosok
kakak yang tiba-tiba menghilang.." Nao berbicara seolah benar ada kakaknya
di sana.
"aku
bahkan kenal dia berkat mu..",
"dia
yang kukira pengganti kakak, bahkan tidak ingin menoleh untukku. Dia berbeda denganmu kak, seharusnya kau
tidak membawa dia ke sisiku." dari kalimatnya, Nao seperti menyalahkan
kakaknya atas Yuu. Tetapi dari nadanya, Nao tetap berterima kasih bisa mengenal
Yuu.
"orang
itu berhasil membuatku seperti melayang sekaligus jatuh di saat yang
berdekatan" Nao melanjutkan,
"dia mengatakan hal yang sulit
kuungkapkan, kukira dia akhirnya mau melihatku sebagai pria, tapi untuk
beberapa menit kemudian dia menolakku dengan manis. " Nao sedikit tercekat
saat "curhat" pada kakaknya.
"untuk
berkata seperti itu saja dia mampu membuatku hilang kendali..."
"dia
paling pintar.. Cuma dia yang paling pintar membuatku terlihat bodoh saat
itu."
Hujan
turun serintik demi serintik, seakan mengerti perasaan Nao dan mau berbagi
tangisnya…
_________________________________________________________________________
"itu
milikku 'kan?..". Terdengar suara anak kecil, Yuu menoleh ke samping
kanannya, kemudian ia tersenyum. Di sampingnya telah hadir seseorang yang
sangat ia rindukan. Yuu yang saat itu sedang memandang crayon milik Yuto.
"aku
tidak menyukai ini lagi, tapi aku tidak akan pernah membuangnya,kak"
"kalau
begitu tolong kembalikan, kau tahu kan aku tidak ingin bendaku kamu pinjam
terlalu lama. Sekalian aku ingin menitip sesuatu kepadamu.." sosok kecil
itu terlihat manis saat mengatakannya, ia pun terlihat lebih dewasa daripada
umurnya saat itu. Sosok itu sebenarnya hanya bayangan Yuu, ia melihat seolah
Yuto duduk di samping dirinya dan berbicara dengannya. Walau tahu itu hanya
bayangan, tapi bagi Yuu ini adalah kenangan. Kenangan untuknya selama
bertahun-tahun sejak ditinggal pergi. Mungkin saja di dunia ini hanya Yuu dan
ibu Yuto yang selalu merasa didatangi almarhum. Tapi sekali lagi, ini hanya
wujud dari kenangan mereka berdua.
"bagaimana aku bisa mengembalikan ini?
Kau saja sudah pergi. Aku harus memberikan ini pada siapa kak?" Yuu
cemberut dan kesal dengan kata-kata Yuto.
"Nao
membutuhkan itu.. Dia sudah pernah kuajari menggambar" Yuto mengeluarkan
ekspresi lucu dari wajahnya, seperti dulu dia hidup. Tak pernah bosan membuat
semua orang senang dihiburnya. Ekspresi
Yuto kecil tidak akan pernah dilupakan.
"dia
hanya senang bermain boneka, ah tidak, dia sekarang sudah mulai senang dengan
wanita. Dia.." Yuu tiba-tiba terdiam, kemudian Yuto lenyap dari
hadapannya. Tinggalah Yuu sendiri kembali di dalam kamarnya.
"dia
sudah semakin besar, kak. Dia tumbuh dengan baik". Yuu menghela nafas
panjang. Yuu merasa bersalah, dulu yang dia ingat , Nao sangat lemah dan hanya
bisa mengandalkan kakaknya. Tapi kini, kalau mau ia bisa melukai Yuu dengan
sedikit dorongan.
Yuu
tersenyum saat mengingat semua hari-hari Nao. Tanpa sadar ia sering
memperhatikan perkembangan Nao untuk menggantikan kakaknya. Atau mungkin tanpa
sadar ia lebih memperhatikan dan membandingkan Nao dengan baiknya lebih dari
orang lain kira...
#lanjut scene 6
hm... bagus2.. lanjutkan
BalasHapushehehehe gomawoo..
Hapus