I'll be There Scene 3
Berjalan
perlahan menyusuri tangga samping koridor. Siang itu saat jam istirahat tiba
Nao melakukan hal yang sering ia lakukan sendirian. Melewati banyak pasang mata
yang mengamatinya, mulai dari pandangan kagum hingga pandangan nyaris tak
berkedip. Seperti Mii, Nao terkenal karena ketampanannya dan prestasinya
disekolah. Banyak siswi yang ingin mengajaknya kencan, dari yang diam - diam
sampai berani mengajak di depan banyak orang. Hampir seluruhnya ditolak dengan
manis oleh Nao.
Isu yang
beredar tentang hubungan dekat Nao dan Mii sebenarnya tidak cukup mengganggu
Nao, terlebih lagi Nao pembawannya tetap tenang selama 'hal' itu tidak
menyulitkan hidupnya. Untuk Mii sendiri sudah dapat ditebak dia akan merasa
terbantu dengan isu tersebut.
Kali ini
seperti yang sudah sering ia lakukan setiap siang adalah berjalan melewati
koridor untuk angkatan kelas 3. selain jarak nya dekat dengan tangga, Nao bisa
punya alasan karena ruang perpustakaan masih disekitar sana. Nao terbiasa
menghabiskan waktu istirahatnya (tentu saja usai makan) untuk melahap buku -
buku perpustakaan. Sebenarnya, alasan utama kebiasaannya itu tidak lain adalah
untuk mengamati 'kakak' perempuannya. Yuu juga sering menghabiskan waktu
istirahat disana. Yuu menjadi petugas perpustakaan setiap senin sampai rabu,
untuk dua hari sisanya ia tetap berada disana untuk sekedar menghabiskan waktu.
Kali ini
hal yang tidak biasa terjadi. Walau kejadian ini pernah juga dialami Nao, tapi
persentase nya sangat kecil, mengingat betapa rajinnya Yuu hadir di
perpustakaan. Hari ini, Yuu masuk dalam jadwal petugas perpus, namun ia tidak
hadir dan keberadaanya diganti oleh
seorang siswi kelas 2.
"
kemana kak Yuu?" Nao mengunjungi meja petugas.
"ah..
Eh hari ini kakak minta izin, kata nya ia ingin istirahat sebentar." jelas
siswi itu.
"apa
hari ini kakak sedang sakit? Apa dia sedang dalam siklus 'bulanannya'
?"Nao bertanya dengan nada khawatir. Yang Nao tahu, wanita ada masanya ia
merasa cepat letih dan tidak bersemangat jika 'masa itu ' tiba. Siswi yang
ditanya awalnya tidak mengerti maksud pertanyaan Nao (karena bukan pada umumnya
laki-laki bertanya soal tersebut).
"oh
maksudmu, ha..haid? Oh haha.. Aku tidak tahu pasti, tapi memang kakak terlihat
pucat" siswi tersebut menahan rasa kagumnya pada Nao, karena mungkin baru
kali ini ia mendengar pertanyaan tersebut keluar dari mulut laki-laki. Terlebih
lagi Nao yang tampan, menambah citra baik bagi nya.
"jadi
benar kakak sedang tidak enak badan..." Nao tampak gelisah dan khawatir,
yang ia kenal dari sosok Yuu dan Mii keduanya jarang sakit.
"menurutmu
aku boleh mendekatinya kali ini? Karena menurut buku, wanita jadi lebih
sensitif jika sedang…ah, maaf aku menanyakan hal yang tidak perlu.." Nao
merasa dirinya bodoh sekali.
"Tidak
apa Nao-kun, siapapun gadis itu akan sangat senang dipedulikan sampai hal
terkecil sekalipun". Siswi itu tersenyum sangat manis. Melihat hal itu ,
Nao tidak mempunyai alasan untuk menahan senyumnya.
Siswi itu
balik bertanya, "kau menyukai kakak?" .
Untuk
beberapa detik Nao terdiam mendengar pertanyaan dari gadis yang tidak terlalu
dikenalnya, tapi Nao tetap membuka mulut.
"aku
tidak bisa menjawab hal pribadi tersebut pada orang yang belum kuketahui
namanya, maaf.. Kamu.." Nao terlihat lihai sekali menyembunyikan
perasaannya.
"ah,
sepertinya aku sudah bersalah padamu, maaf Nao-kun. " gadis itu merasa
tidak enak, namun ia tetap melanjutkan perkataanya,
"aku
Hikari Yamada, terserah padamu mau memanggilku apa. "
"baik
Yamada-san senang berkenalan denganmu, yang ku tahu tentangmu, kamu seangkatan
denganku kan? " Nao sepertinya
senang berbincang dengan gadis itu. Baginya teman Yuu juga sangat berharga,
karena lewat itulah Nao bisa mengenal dekat Yuu.
____________________________________________________________________
Semilir
angin menerpa wajah Yuu yang sedang tertidur pulas di ruang UKS. Ia terlihat
nyenyak, damai dan seperti sedang menikmati pangkuan ibunda. Layaknya magnet,
Nao tahu keberadaan Yuu. Perlahan ia mendekati sosok kurus dengan wajah tenang
tersebut.
"wajah
yang indah..." di samping kasur terdapat kursi untuk penjenguk. Nao duduk
didekat Yuu, ia mengamati wajah kecil milik gadis itu.
"aku
tidak pernah sedekat ini dengan kakak" pikirnya. Nao bertanya-tanya dalam
hati, apakah ia sudah lelah membungkam diri seperti ini terus sehingga jatuh
sakit, atau..
"ah,luka..".
Akhirnya Nao menyadari luka pada dahi Yuu. Sejenak ia seperti terkena serangan
listrik. Pasti sakit, pasti gara-gara jatuh dari ayunan kemarin. Pasti karena
itu ia..
"bukan
salahmu.." Yuu terbangun, matanya memerah karena terbangun tiba-tiba, dan
air muka nya jelas masih pucat.
"kak..
Kakak kau kenapa tidak bilang padaku kalau lukanya sampai ke tempat (dahi) ini?
Jelas ini tidak bagus."
Masih
merapikan rambut dan posisi baring dia, Yuu menjawab dengan dingin.
"yang
menjatuhkan diri itu aku, sebaiknya kau jangan merasa bersalah."
Nao
terdiam, ia terbiasa tidak menjawab perkataan Yuu. Padahal pada siapa pun dia
pintar sekali berkilah, namun tidak untuk Yuu. Pesona Yuu nampaknya melemahkan
Nao.
Hampir 10
menit Nao diam, memandangi Yuu yang melanjutkan tidur. Bel masuk kelas sebentar
lagi berbunyi. Nao sudah bersiap-siap untuk kembali ke kelas. Tentunya dengan
tidak sampai membangunkan Yuu. Saat sudah hampir didepan pintu,
"kau..melihatku
dengan tatapan seperti apa?" suara lirih Yuu menghentikan langkah Nao.
Jelas Nao kaget mendengar ucapan Yuu, jarang sekali Yuu bertanya terlebih
dahulu. Apalagi pertanyaan yang sedemikian tiba-tiba itu.
"aku..melihat
luka-mu saja kak, jangan khawatir" Nao merasa dirinya sudah amat tidak
sopan memandangi wajah seorang gadis
yang tertidur. Walaupun Yuu dan Nao sudah kenal lama, tapi hubungan
tanpa sedarah bisa menyebabkan kecanggungan yang luar biasa, ditambah perasaan
Nao pada Yuu.
"ada
yang tidak suka aku dekat dengan mu..." Yuu turun dari kasurnya, mencari
sepatu dan segera memakainya.
"justru
karena kau terlalu baik padaku, aku yang merasa bersalah" Yuu mengucapkan
hal tersebut dengan perasaan biasa saja sambil membereskan sekali lagi ikatan
rambutnya.
Nao yang
sedari tadi diam saja, mulai mengeluarkan kembali suaranya.
"jangan
kakak pikirkan kata-kata mereka, Mii saja tidak pernah menganggap hal remeh
tersebut".
"justru
bukan kata-kata orang yang aku pikirkan. Tapi.. Ah sudahlah.." Yuu sadar
kalau perasaan saudaranya belum tersampaikan pada Nao. Dan Yuu sama sekali
tidak berfikir untuk ikut campur dengan urusan Mii.
"maksud
kakak apa? Maaf Nao kurang paham." Nao bukannya merasa khawatir atau terkejut atau apa, justru ia merasa ini
perkembangan yang cukup baik pada diri Yuu. Karena selama ini, percakapan
antara mereka hanya didominasi Nao. Selebihnya Yuu jarang menanggapinya. Tapi
kali ini, walau masih dingin, Yuu mulai memperlihatkan sisi seriusnya dalam
menghadapi Nao.
"Nao-kun.."
Yuu menghampiri Nao, saat tubuh mereka semakin dekat. Perbedaan tinggi badan
mereka jelas terlihat. Dulu tubuh Yuu jauh lebih tinggi daripada Nao, kalau
mereka berhadapan jelas Nao merasa kurang percaya diri. Ia selalu menganggap dirinya
tidak akan pernah bisa melindungi Yuu. Namun sekarang, walau keadaan sudah
berkebalikan nyalinya tetap menciut jika berdekatan.
Sambil
terus mendekati Nao, dan Nao pun sudah tidak mampu lagi berbuat apapun. Wajah
Nao memerah, dan degup jantungnya terasa terdengar sampai ke telinga Yuu.
"kakak,
lebih baik kau duduk saja aku tidak sanggup lagi.. Mak.. Maksudku tidak.."
Nao
hampir meledak, semua perasaan miliknya seperti mau tumpah. Dalam keadaan yang
menurut dia semakin memuncak itu, tanpa sadar
ia mendorong tubuh Yuu ke kasur. Hasilnya, Yuu terduduk kembali di
kasurnya.
Nao kaget
dengan perbuatannya, kemudian ia ingat kembali kejadian saat mendorong ayunan.
Kejadian yang membuat Yuu terjatuh dan terluka.
"maaf
kak, aku mengulanginya lagi. Tadi.. Kalau kau semakin mendekat aku
takut.." Nao memutuskan untuk menjelaskan perasaanya, sebab semakin lama
ditahan, ia takut Yuu semakin salah pengertian. Namun sebelum menyelesaikan
ucapannya,
"kau jatuh cinta padaku?.." Yuu bertanya hal yang ingin Nao ucapkan dengan tatapan kosong .
"kau jatuh cinta padaku?.." Yuu bertanya hal yang ingin Nao ucapkan dengan tatapan kosong .
"apa
kau jatuh cinta padaku, Nao-kun?"
# lanjut ke scene 4
Komentar
Posting Komentar