I'll be There Scene 4
"Harada
tadi adik kelas yang manis itu lagi-lagi mencari mu.. " beberapa teman Yuu
menghampirinya.
"iya,
aku sudah bertemu dengannya. Terima kasih"
"hanya
begitu saja bilang terima kasih, kamu masih kaku saja dengan kita." salah
satu dari temannya mencoba lebih dekat.
Ia menarik kursi kedekat Yuu.
"ngomong-ngomong
dia selalu minta diajari pelajaran apa saja denganmu?" temannya duduk
didekat Yuu seperti polisi yang sedang menginterogasi tersangka.
"ah
dia selalu bilang begitu, ya?" Yuu sedikit tersenyum karena tidak
menyangka Nao selalu berbohong dengan memberi alasan palsu untuk mencari Yuu.
"loh,
memangnya bukan belajar ya? Jadi apa? Tidak mungkin berkencan kan?"
teman-temannya semakin tertarik dengan Yuu.
Yuu yang
sedari tadi duduk didekati para teman-teman sekelasnya tidak mampu menahan
tawa..
"aku
mengajari nya banyak hal, kalian penasaran bagaimana caraku menarik
hatinya?" Yuu memasang wajah serius kali ini. Tanpa ragu lagi
teman-temannya memandangi Yuu.
"aku
mengajari dia bahwa tidak baik berkencan dengan perempuan yang lebih tua"
Yuu menjawab semua keinginan teman-temanya.
"Harada
senang sekali membuat orang ingin tertawa. Tidak lucu" ada temannya yang merasa kecewa dengan
jawaban Yuu.
"kami
pikir kalian memang sedekat itu" yang lain menimpal.
"haaah,
Harada kami pikir kamu benar-benar pacaran dengan anak manis itu. Kalau benar
'kan kami turut bahagia".
Yuu hanya
menanggapi mereka semua dengan senyuman. Baginya hanya di ruang kelas inilah,
dan bersama dengan temannya inilah ia bisa membagi perasaanya.
______________________________________________________________________
"apa
kau jatuh cinta padaku, Nao-kun?"
Pertanyaan
Yuu kembali diulang untuk memicu jawaban Nao.
"kakak,
aku pikir kau membenciku selama ini. Kau bisa juga mengerti hal itu" Nao
ingin tertawa sekaligus menangis untuk menghadapi hal yang tiba-tiba baginya.
"cukup
sampai sini saja, jangan berlebihan.." Yuu sengaja menatap lekat mata Nao.
Berharap Nao bisa mengerti posisinya.
"kakak..."
Nao tidak tahu harus berkata apa, bibirnya kelu.
"maaf
Nao-kun. Aku pikir kurang pantas jika aku mengatakan hal tadi. Tapi demi
kebaikan banyak orang.." Yuu memiringkan mukanya seolah merasa bersalah,
tapi tetap dengan pandangan serius.
"kakak
hanya ingin mengabaikan aku, kan?". Mata Nao berubah.
"kakak.."
Nao terdiam, kemudian melanjutkan
"aku
bisa bertahan selama ini, kakak tidak perlu khawatir. Yang kau lakukan selama
ini sudah benar. Kau cukup menerima saja semua perasaanku." Nao segera
pergi dari hadapan Yuu. Tinggalah Yuu seorang di ruangan itu.
Nao
berjalan dan terus berjalan menjauhi ruang UKS, sesekali ia berlari kecil.
Tepat di depannya ada Mii yang kebetulan melihat sosoknya, saat Mii ingin
menghampiri..
"aku
sudah tidak dibutuhkan.." Nao berbicara dengan nada lemah untuk dirinya
sendiri. Mii yang tidak menyadari kata -kata Nao datang dan memanggil Nao
seperti biasa.
"hai
tumben datang dari arah UKS, kamu sakit?" Mii merangkul lengan Nao. Mii
selalu melakukan hal tersebut jika berada dekat Nao, itulah yang membuat banyak
orang salah paham.
Nao
sengaja memalingkan wajahnya. Mii yang sedari tadi terus bicara akhirnya
menyadari kalau kondisi Nao berubah.
"raut
wajahmu beda, Nao-kun. Kamu benar-benar sakit?"
"aku
tidak apa-apa.. Sebaiknya kau lebih memperhatikan kakakmu. Dia seorang diri di
UKS". Nao melepas lengan Mi dan jalan pergi tanpa menoleh. Mii merasa
patah hati. Dan ia pun segera pergi ke UKS. Di tengah perjalanan ia menemukan
kakaknya sedang berjalan sendiri.
"kau
berkata apa padanya?" Mii memasang raut wajah tidak suka.
Yuu tidak
kaget dengan kedatangan Mii, ia sudah tahu dengan pasti bahwa dalam waktu yang
cepat Mii akan mendatanginya seperti itu. Yuu bersikap tenang seolah yang ia
lakukan sudah benar.
"melakukan
sesuai mau-mu. Kau ingin Nao menjauhi-ku kan? Tapi kurasa agak sulit
mengingat.."
"jangan
sombong, kak. Nao bukannya menyukaimu. Mana mungkin dia suka pada gadis
.."
"pada
gadis apa maksudmu?" Yuu berhasil memotong kembali perkataan Mii.
"pada
akhirnya aku berhasil membuat dua orang patah hati secara bersamaan.." Yuu
tersenyum simpul.
Mii tidak
berani menerima seluruh ucapan kakaknya. Yang kakaknya katakan kemungkinan
besar benar, ia begetar dan ingin menangis. Kalau saja dihadapannya sudah bukan
lagi kakaknya, kalau saja orang dihadapannya bukanlah kakaknya ia ingin mengadu
semua kepahitan yang ia terima.
Sedangkan
Yuu, ia hanya menatap wajah lemah adiknya dengan rasa ingin memeluk sekaligus
mencampakkanya.
# Lanjut Scene 5
Komentar
Posting Komentar