Drama Review : Boku no Ita Jikan
apa rasanya jika kita tahu berapa lama lagi waktu yang tersisa untuk hidup?
jawabannya bisa dua.
1. ketakutan
2. bersyukur karena bisa semakin giat berbuat kebaikan
yang paling dasar memang ketakutan, tidak perlu membohongi diri sendiri merasa dirinya kuat dan mampu menghadapi kenyataan "pahit". dalam hati manusia itu memang ditanam sifat "takut" oleh Tuhan agar jiwa ini takut pada-Nya. "takut" pada musibah yang menghampiri, agar tahu kita bukan apa-apa. (sip! belaga bijak sampai sini aja :D)
fakta tentang rasa takut itu memang sudah menjadi bagian hidup gue selama ini. yah karena gue emang orangnya penakut + pengecut kali yah? jadi udah bersahabat baik dengan rasa takut itu.
menurut gue, takut bukan sebuah sifat yang menyedihkan. pengecut / loser memang gue akuin itu sifat buruk. tapi beda dengan takut. tergantung kapan takut itu dipakai. jika takut dengan akibat buruk perbuatan yang sudah kita lakuin, itu manusiawi. itu menunjukkan bahwa kita paham diatas langit ada langit.
sudah beberapa hari ini gue berniat review drama terbaru Haruma Miura, gue pengen bikin tulisan yang "sedikit" serius. lumayan susah yah. butuh waktu juga. oke Bismillah...
Tubuh menderita penyakit serius, dan ancaman kematian semakin dekat.
Boku no ita Jikan
kalo diartiin kurang lebih (berusaha gak buka google nih) :
Boku : saya
ita : ... (gatau XP)
Jikan : waktu
kesimpulan: sisa waktu saya. wkkk... gitu deh pasti langsung paham kan maksud ceritanya kemana?
Haruma memerankan tokoh utama sebagai Sawada Takuto, penderita ALS. ribet lah jelasin ALS kaya apa. kalo misalnya udah pernah nonton 1 litre of tears agak agak mirip penyakitnya. Penyakit langka dan belum ada obat untuk (minimal) memperlambat kinerja penyakit itu.
mau curhat dikit:
tanpa bermaksud untuk bangga ato apalah, waktu SMP gue pernah punya ide cerita yang pemeran utamanya laki-laki dan punya penyakit (kaya) ALS. karena dulu otak gue gak encer, masih ngasal aja. gue gak peduli tuh kalo ternyata ada penyakit macam ini. gue pikir penyakit lebai kaya gitu gak mungkin ada. rupanyaa... barulah gue sadar otak gue seencer orang Jepang juga yah. wkkk :P
jadi sekarang, setelah ada sekitar 8 tahun kemudian gue merasa bangga ide gue diangkat menjadi dorama berkualitas. wkk.. cerita detilnya beda jauh. tapi penyakit dan makna dibalik penyakitnya tersampaikan. heheh.. ^^
Sawada Takuto
laki-laki berumur 23 tahun yang baru menyelesaikan kuliahnya, frustasi karena sulit mendapatkan pekerjaan. walaupun dia terlahir dari keluarga pemilik rumah sakit, dan bisa saja Takuto memiliki jabatan disana. tapi dia mau berusaha dengan tangannya sendiri (gakkoi~ tapi kalo gue jadi Takuto udah dari sebelum lulus pasti gue embat itu jabatan XP)
akhirnya dia mendapatkan sebuah pekerjaan di perusaahan furniture. dan awal-awal jadi pekerja training ini penyakit baru muncul.
awalnya dia kesulitan menggerakan lengan kirinya, kaya layu gitu deh. dia mencari-cari di google mengenai keluhan ini. langsung muncul artikel ALS. penasaran dia baca, shock, tapi masih terlalu awal buat dia percaya kalo itu cikal bakal penyakit dia.
semakin lama, lengannya bener2 gak kuat bahkan untuk membuka tutup botol. dia mulai tuh panik, dia check up (pinternya dia langsung ke dokter ahli syaraf) dan langsung dia diarahkan untuk check up seluruh badan.
cassss!!! bener dah tuh ALS. bahkan sebelum dokternya nyebutin kata ALS, dia langsung samber :
"ALS??" dokter hanya mengangguk. emang lebih sakit hati jika kita lebih dulu sadar kemungkinan paling buruknya :')
pulang dengan putus asa, gak perlu untuk mengecek ke dokter syaraf lain, dia sudah yakin benar mengenai penyakitnya. nah mulai nih gue agak-agak ngenes.
hubungan Takuto dengan keluarganya terlihat biasa saja. Takuto anak yang berbakti. setidaknya dia paling lembut dibanding adiknya Rikuto. Takuto masih merahasiakan tentang penyakitnya kepada keluarga, dia pikir akan ada waktu yang tepat untuk membicarakannya nanti.
awal-awal dia stres sama lengan kirinya, adiknya Rikuto yang seorang mahasiswa kedokteran nanya keadaan lengan Takuto. tapi emang dasar sialan, adiknya itu gak punya kemampuan untuk berbicara dengan kalimat yang sopan, jadilah Takuto marah dan mengatakan "jika kamu adalah dokter, aku tidak ingin menjadi pasienmu", dan Rikuto dengan tampang bloon (tapi tetep cakep) melongo ngeliat kakaknya bentak dia.
Rikuto (Shuhei Nomura) agak mirip yah sama Haruma |
sedikit cerita, Takuto itu antara iri, benci, tapi care banget sama adiknya. iri karena semua perhatian orang tuanya tercurah untuk Riku yang seorang calon penerus pemilik rumah sakit keluarga. benci karena ibunya apa apa ke inget riku, apa apa karena riku, apa apa karena bangga dengan riku, care karena biar bagaimanapun riku satu-satunya saudara dia :')
Penyakit Terungkap
tibalah waktunya Takuto membuka rahasia penyakitnya, sebelumnya dia putusin dulu pacarnya dan berpisah tanpa alasan jelas.
kemudian the real test~ ibunya, ini mengharukan (karena gue paling cepet mewek sama apapun mengenai keluarga T_T)
cute banget gak sih? Takuto masih sempet berbakti sama ibunya. mijitin dulu bahunya. duuuh cute. mulai deh percakapan yang nyesek itu T_T. asli dari semua adegan cuma adegan ini yang bikin gue nangis.
pake bilang "karena aku bisa melakukannya sekarang (selanjutnya aku gak mampu melakukan apapun)"
dan bagai tersambar petir, sang ibu...
terdiam mengamati lengan anaknya |
T..T
sudah cukup.. hati ibu mana yang gak langsung ciut?
Perkembangan emosi keluarga
berkat (?) penyakit Takuto, seluruh anggota keluarga jadi mikir. jadi intropeksi diri masing-masing. terutama Ibu, dia jadi lebih care pada Takuto.
Takuto juga jadi suka mengungkapkan perasaanya, walaupun masih memaksa diri untuk mandiri, tetapi dia tetep sadar butuh bantuan. gue suka sama sifat Takuto, apa adanya. dia tahu gak berdaya, tapi dia tetep berusaha dulu. jika memang nantinya dia butuh bantuan, yaa dia tetep bilang. pokoknya gak sok kuat aja. manusiawi banget.
lama kelamaan gue suka sifat Rikuto. dia itu ternyata 'amazing'. wkk... cacat rupanya. problem dia juga gak cetek di drama ini. ternyata dibalik sikap kaku dan ketusnya, dia itu hanya gak bisa ngungkapin maksudnya secara halus. salah siapa kalo gitu ya? apa karena bawaan lahir, atau karena terbawa didikan orang tua yang terlalu sayang? intinya dia itu sulit berteman. pribadinya jadi soliter. sedih kan?
ada moment lucu waktu problem Rikuto dibahas. saking kaku dan naif nya (gue ngerasa Rikuto itu lebih naif daripada kakaknya) dia gak bisa nangkep lelucon dari salah satu teman kakaknya. wkk.
suatu hari, teman-teman baik dan (mantan) pacar Takuto datang berkunjung. ada Riku ditengah-tengah mereka. karena salah satu teman ingin bikin moment supaya Takuto dan sang mantan balikan lagi, jadilah mereka nyuruh Rikuto untuk anterin beli minuman. dan rupanya beneran Rikuto tunjukkin kios minuman. wkk... naif banget. gak bisa liat sikon. itu bikin gue ngakak. lucu aja kemakan semua omongan orang.
masih banyak moment lucu Rikuto, ahhh.. kalo gue bahas dia aja itu bisa banyak tulisan kya! kya! nya. wkkkk
Ending
gue bersyukur ending dari drama ini gak 'maksa'. happy ending of course, tapi ada juga yang harus mengalah. tapi overall semuanya penuh dengan hikmah. cieh~
daijoubu~
aniiiii~
yeaaaaaa~~~~
gomen'ne jika banyak kalimat gue yang sulit dipahami. pada dasarnya gue masih harus banyak belajar untuk menulis. jujur aja menulis artikel ini butuh waktu lebih dari 2 minggu. lebay banget yak? habisnya gue mesti nonton sampe abis dulu baru berasa feel nya mau bahas ke arah mana. karena gue tersentuh dengan pesan moral dari kehidupan keluarga Sawada, makanya gue lebih prefer untuk bahas ke emosi keluarganya.
bisa aja gue bahas ke percintaannya tapi gue harus jujur karena sisi percintaannya gak terlalu menarik buat gue. hihi. oleh karena itu selesailah projek (?) review drama ini. hum~ seneng yah? menulis itu menyenangkan rupanya. kalau dari dulu gue diberi kemudahan dalam fasilitas blogger kaya hari ini, mungkin udah puluhan artikel yang gue tulis. hum~ gapapah belajar kan bisa dimulai dari kapan aja, jangan sedih karena terlambat, sedihlah karena gak pernah mencoba.
oke see you next post! ^^
Takuto juga jadi suka mengungkapkan perasaanya, walaupun masih memaksa diri untuk mandiri, tetapi dia tetep sadar butuh bantuan. gue suka sama sifat Takuto, apa adanya. dia tahu gak berdaya, tapi dia tetep berusaha dulu. jika memang nantinya dia butuh bantuan, yaa dia tetep bilang. pokoknya gak sok kuat aja. manusiawi banget.
lama kelamaan gue suka sifat Rikuto. dia itu ternyata 'amazing'. wkk... cacat rupanya. problem dia juga gak cetek di drama ini. ternyata dibalik sikap kaku dan ketusnya, dia itu hanya gak bisa ngungkapin maksudnya secara halus. salah siapa kalo gitu ya? apa karena bawaan lahir, atau karena terbawa didikan orang tua yang terlalu sayang? intinya dia itu sulit berteman. pribadinya jadi soliter. sedih kan?
ada moment lucu waktu problem Rikuto dibahas. saking kaku dan naif nya (gue ngerasa Rikuto itu lebih naif daripada kakaknya) dia gak bisa nangkep lelucon dari salah satu teman kakaknya. wkk.
suatu hari, teman-teman baik dan (mantan) pacar Takuto datang berkunjung. ada Riku ditengah-tengah mereka. karena salah satu teman ingin bikin moment supaya Takuto dan sang mantan balikan lagi, jadilah mereka nyuruh Rikuto untuk anterin beli minuman. dan rupanya beneran Rikuto tunjukkin kios minuman. wkk... naif banget. gak bisa liat sikon. itu bikin gue ngakak. lucu aja kemakan semua omongan orang.
masih banyak moment lucu Rikuto, ahhh.. kalo gue bahas dia aja itu bisa banyak tulisan kya! kya! nya. wkkkk
Ending
gue bersyukur ending dari drama ini gak 'maksa'. happy ending of course, tapi ada juga yang harus mengalah. tapi overall semuanya penuh dengan hikmah. cieh~
daijoubu~
aniiiii~
yeaaaaaa~~~~
gomen'ne jika banyak kalimat gue yang sulit dipahami. pada dasarnya gue masih harus banyak belajar untuk menulis. jujur aja menulis artikel ini butuh waktu lebih dari 2 minggu. lebay banget yak? habisnya gue mesti nonton sampe abis dulu baru berasa feel nya mau bahas ke arah mana. karena gue tersentuh dengan pesan moral dari kehidupan keluarga Sawada, makanya gue lebih prefer untuk bahas ke emosi keluarganya.
bisa aja gue bahas ke percintaannya tapi gue harus jujur karena sisi percintaannya gak terlalu menarik buat gue. hihi. oleh karena itu selesailah projek (?) review drama ini. hum~ seneng yah? menulis itu menyenangkan rupanya. kalau dari dulu gue diberi kemudahan dalam fasilitas blogger kaya hari ini, mungkin udah puluhan artikel yang gue tulis. hum~ gapapah belajar kan bisa dimulai dari kapan aja, jangan sedih karena terlambat, sedihlah karena gak pernah mencoba.
oke see you next post! ^^
Komentar
Posting Komentar