BIKUN dan BIPOL
- (masih taraf kecil) harusnya bis berhenti tepat di depan halte, dan setiap halte wajib berhenti. Tapi pas bikun yang saya tumpangin akan segera berhenti di halte poltek, eh malah diselewengkan dengan menurunkan penumpang lewatin jalur berhenti, itupun supirnya gak bakal berhenti kalo gak ada suara-suara memohon minta diturunin. Dan saya termasuk si 'pemohon' itu. Dulu waktu masih mahasiswa baru, saya mikirnya cuma gak sengaja kali tuh supir, tapi karena kesininya makin sering.. Mau nangis rasanya..
- Kami memang bermasalah dengan jam terbang bipol yang gak selalu ada pada saat-saat yang dibutuhkan, jadi pernah saya lagi apes naik bikun untuk pulang, dan gak sengaja -lebih tepatnya lagi- emang disengajain untuk denger suara bisik-bisik supir bikun yang kaya ngeluh "bipol emang jam berapa aja sih keluarnya? ..." bla-bla-bla saya udah males dengernya. Tapi yang jelas yang saya tangkep supir tersebut mengeluhkan jam keluar bipol yang gak jelas, dan saat jam pulang mahasiswa, bipol juga gak keluar sehingga bikun lah yang mengisi penumpang asal poltek. Mungkin tuh supir mikirnya (saya positif thinking aja ), bikun jadi penuh gara-gara anak poltek, jadi anak kampus 'saya' gak kebagian tempat. Tapi perlu diingat WARGA POLTEK JUGA BAYAR UANG FASILITAS. Saya setiap ingat kata-kata keluhan supir tersebut, jadi kasian sama supir bipol kami tercinta. Karena pengabdian supir bipol yang sudah bertahun-tahun, hanya karena masalah waktu mereka jadi dapat omongan dari orang yang juga 'merasa dianiaya'. Alhamdulillah yang denger itu saya, bukan bapak supir bipol tercinta.
- Ini jelas-jelas pelecehan yang pernah (bukan saya sih) diterima. Ceritanya kami (saya dan teman-teman sekelas) pulang kuliah. Karena masih bukan jam bipol keluar kampus, kami terpaksa jalan kaki keluar kampus menuju halte depan gerbang poltek. Belum sampai gerbang kami melihat akan ada bikun lewat halte, kami lari tuh berharap bisa naik bikun tersebut. Ternyata bikun itu sudah keburu menaiki penumpang di halte dan akan segera menutup pintunya. Saya sih udah bilang ke teman untuk menghentikan lari karena gak guna , terus jalan santai aja sampai ke halte. Tapi alangkah senangnya kami saat lihat bikun tersebut masih jalan perlahan dari tempat pemberhentian, dengan kondisi pintu masih terbuka bebas. Salah satu dari teman saya kembali lari-lari kecil karena masih berharap bisa naik, sedangkan saya entah kenapa merasa bakalan ada hal gak enak yang akan terjadi dari bikun tersebut. Dan ternyata, benar apa yang saya duga. Tuh supir sengaja pelanin bus nya di depan kami, dan mengeluarkan lidahnya (orang bilang meletin lidah) seakan ngeledek *tapi emang bener ngeledek,sih!. Setelah itu dia tutup pintunya dan pergi tanpa jadi mengangkut kami.
Assalamualaikum wr,wb..
Ada yang
tahu dengan istilah ini? Atau udah ada yang pernah denger dengan 2 istilah ini
??….
Yakin
deh buat kalian yang kuliah di universitas 'kuning' di daerah Depok pasti
sangat akrab dengan panggilan yang sangat 'bersahabat' itu.
Yah..
Bersahabat. Bener-bener bersahabat bagi yang tidak punya kendaraan pribadi
untuk masuk ke kawasan kampus, karena tahu lah kampus itu luasnya sama kaya…
kaya apa ya?.. Yah pokoknya pol banget kalo kalian mau ngelilingin tuh kampus
pake kaki..
Yang mau
saya share disini bukan soal betapa luasnya(bisa ngomong ini betapa luas,
karena gak mau bayangin jalan kaki ngelilinginnya. Ogah amaaat) kampus sana.
Tapi masalah yang saya sering hadapi di bidang transportasinya. Kawasan kampus
itu harus (gak harus juga sih, untuk efek lebay aja) dilalui dengan kendaraan
supaya bisa cepat sampai ke fakultas tepat waktu. Memang sudah disediain
fasilitas berupa halte pemberhentian di setiap fakultas, akses jalan
masuk-keluar yang amat fleksibel, kendaraan penunjang berupa mini bus sampai bus mirip bus pariwisata. Dari bus
yang (sebenernya, tapi yah mau gimana lagi) kurang layak pakai lagi, sampai
bus yang enak banget. Dan gak kalah penting, jalanan di kampus sana gak pernah
macet, kecuali kalau ada acara penting kampus, misal wisuda. Itu pun macet
karena iring-iringan wisudawan, selebihnya gak pernah sama sekali (mau
banggain ceritanya).
Pokoknya
siapapun yang kuliah dengan fasilitas tersebut pasti punya segudang cerita
bangga yang bisa diceritain.. Tapi kan BAGI yang kuliah di kampus 'kuning'
tersebut, sedangkan saya…
Saya
mahasiswi dari kampus sejenis, sejenis bukan berarti kuliah disana. Kampus
kami berdampingan, lebih tepatnya kampus saya masih berada didalam kawasan
kampus 'kuning'. Dan mau di gimanain juga saya sangat butuh sekali fasilitas
berupa bus. Kami menyebutnya Bikun (a.k.a Bis Kuning), Bikun selalu beroperasi
mengelilingi kampus termasuk lewat depan gerbang kampus saya, setiap hari
perkuliahan. Bahkan saking baiknya, hari libur kuliah juga mereka tetap
beroperasi. Perlu tahu, bikun itu gratis, alias gak bayar. Kita tinggal bilang
"terima kasih, pak" untuk supirnya, enak kan?.
Sama
enaknya dengan bis asli punya kampus kami. Dengan cara pembayaran lewat kata
terima-kasih juga, tapi yaah.. Bis punya kami gak seenak bis kampus 'kuning'
(saya nyebutnya kampus tetangga aja ya, biar gak berasa jauh ). Bis kami
disebut Bipol (a.k.a Bis Poltek), karena kampus saya Politeknik. Tapi dengan
ketidaknyamanan bipol, tetap membuat saya bangga, bahkan amat
sangat-sangat-sangat bangga naiknya. Kenapa? Karena emang satu-satunya jenis
bis yang masuk kedalam gerbang kawasan kampus politeknik. Udah gitu, cuman ada
beberapa maskapai (jiaaah,emangnya
pesawat? ). Kalo gak salah itung cuma ada 5 bis. Udah deh pokoknya
karena keterbatasan itu saya semakin cinta.
Saya
bersama teman-teman saya adalah manusia-manusia ogah jalan jauh. Jadi, kami
ini penumpang tetap bipol. Jam - jam mepet masuk kelas aja kami masih tetep
nunggu bipol lewat untuk mengantar kami sampai tujuan. Begitu jam pulang.
Walau udah lewat maghrib, kami tetep nunggu bipol keluar kampus untuk mengantar kami pulang (gak
sampe rumah sih..). Naah hal - hal sekecil itu tanda cinta kami pada bipol.
Kalo
naik bikun, gak sampai di turunin di dalam kampus poltek, Cuma sampai depan
gerbang doang, jadi (lagi-lagi masalah males) kami pilih bipol yang berhenti
tepat di depan gedung jurusan.
Menimbang
mana yang baik, tentu saja banyak yang harus diperhatikan (kenapa bahasanya
jadi resmi gini??). Kalau punya banyak waktu sebelum masuk jam kuliah bolehlah
nunggu bipol di halte nyampe setengah jam lewat, bahkan rekor saya pernah
nunggu sampe 45 menit(saking setia sama bipol). Dan saya tidak sedikit pun
terpengaruh untuk naik bikun yang udah berapa puteran lewatin halte saya. Tapi
kalo bener-bener udah mepet banget waktunya, apalagi kalo masuk pagi, barulah
dirasa bipol tidak memberi jawaban, pilihan kedua adalah bikun. Dan ini-nih
yang jadi masalah….
Selama
saya kuliah di poltek, saya sudah beberapa kali mendapatkan perilaku 'kurang
menyenangkan' dari supir Bikun. Supir bikun, sekali di ulang untuk tambah
efek. Belakangan saya baru sadar, kami sering dilecehin (bukan secara fisik
ya), tapi secara harga diri,Bung!.
Kami ini
kan mahasiswa yang akan menjadi penerus bangsa, sama-sama berjalan di
kebenaran untuk membangun negeri ini, tapi kok karena beda kampus, kami
mendapat perbedaan layanan juga???.. Yowess, kalo masalahnya karena beda
kampus, tapi kan kami juga sama-sama bayar uang fasilitas…SAMA-SAMA BAYAR UANG
FASILITAS.
Awalnya
saya pikir, "oh mungkin saya gak bayar uang fasilitas untuk naik Bikun,
jadi iya deh sabar aja digituin..orang jarang juga kok naik bikunnya..".
Tapi betapa kagetnya saat denger dari pengurus BEM kampus saya bilang, warga
poltek juga bayar uang fasilitas apapun yang dikeluarin kampus'tetangga'.
Dan
barulah saya sadar betapa bodoh dan lemahnya saya yang lalu.
Bentuk-bentuk
'keisengan' supir bikun :
Gila!
Kami berenam gak bisa berbuat apa-apa, terutama teman saya yang melihat dengan
jelas perbuatan iseng itu. Untung
banget saya gak liat muka supirnya. Alhamdulillah Ya ALLAH..
#saya
punya pikiran kalau supir yang melakukan ini semua hanya SATU ORANG, jadi saya
tidak bermaksud menuduh semua supir bikun sama wataknya. Dan yang saya juga
pikirkan, supir tersebut benar-benar tidak tahu soal warga poltek yang ikut
mendanai fasilitas kampus 'kuning'. (wallahu alam..)
Untuk
contoh nyata yang bisa saya berikan mungkin hanya segitu, karena saya juga
bukan penumpang setia bikun. Saya bisa menulis begini karena banyak sekali
teman-teman saya yang InsyaAllah gak berbohong menceritakan kepahitannya saat
naik bikun .
Saya
juga gak berharap lebih pada poltek kami yang tercinta ini, untuk mengeluarkan
dana banyak guna menambah armada baru bipol (tapi kalo bisa sih, boleh lah).
Karena kami tahu supir bipol juga butuh istirahat dan gaji memadai (suatu saat
nanti InsyaAllah saya mau cerita soal supir bipol tercinta).
Yang
saya harapkan dari tulisan ini, MOHON DENGAN SANGAT perlakukan kami selayaknya
mahasiswa kebanyakan. Kalau memang anda (supir bikun) mengenal kami sebagai
mahasiswa poltek yang (mungkin) anda pikir tidak merasa digaji oleh kami,
paling tidak kerjakanlah kewajiban anda dengan penuh tanggung jawab. Kalau
harus menurunkan dan menaikkan penumpang, yaa di tempat semestinya.
Cukup
sekian sesi curhat saya, semoga aspirasi kecil ini bisa mengubah keadaan
menjadi lebih baik. Mohon maaf bila tulisan ini cenderung memojokkan suatu
pihak, tapi hanya ini yang mampu saya lakukan sebagai mahasiswa pengejar
cita-cita.
Wassalamualaikum
wr.wb
Komentar
Posting Komentar