I'll be There Scene 2


"Mii menyukai Nao.." Mii berdiri disamping meja belajar Yuu, mengatakan hal yang sudah lama ingin ia utarakan.
"terus?" seperti tidak ada ketertarikan sekali Yuu menanyakan pertanyaan tidak berujung.
"Mii kira kakak tidak terlalu bodoh untuk soal ini. Mii ingin memastikan agar kakak tidak menghalangi Mii"
Yuu mencoba untuk tetap dingin menanggapinya. Ia menutup laptopnya,
"kau pikir aku akan tersulut emosi?".. "jangan bodoh Mii sayang.." Yuu tersenyum sinis dihadapan Mii.
"bagus lah, sikap seperti ini yang Mii harapkan." sekejap Mii keluar dari kamar mereka sambil menenteng buku catatan.
"aku tidak pernah berniat untuk menghalangi jalanmu, memang kita dilahirkan untuk berada di posisi masing-masing sesuai harapan ayah." Yuu mengatakan hal itu setelah memastikan tidak ada lagi sosok Mii di dekatnya.

_______________________________________________________________________


Kembali ke ingatan milik Yuu, saat itu ia masih berumur 7 tahun. Dan Mii berumur 6 tahun. Rumah milik keluarganya memang tidak pernah dihadapkan oleh suasana sendu, kecuali suasana hati Yuu yang tidak pernah sekalipun terlihat sangat cerah. Yuu memang sudah tertutup saat itu, ayah Yuu tidak bisa berbuat banyak untuk mengembalikan senyuman Yuu. Beliau mengerti apa yang membuat anak pertamanya bersikap begitu terus. Pertama setelah kematian ibunda kandungnya 1 tahun silam, dan kemudian kedatangan keluarga baru yang tak lain adalah pasangan selingkuh ayahnya dan berujung pada lahirnya Mii. Ayah Yuu yakin sumber masalah ada pada dirinya. Yuu kecil bukan tidak bisa mengerti rasa kecewa apa yang sudah diterima ibunya selama ini. Yuu pun pernah dipertemukan untuk pertama kalinya dengan adiknya jauh hari sebelum ibunya meninggal. Yuu mengira Mii adalah teman main biasa, dan sangat terkejut sekali saat mendengar dia dan Mii sama-sama memanggil ayah secara bersamaan. Saat itulah, untuk pertama kalinya Yuu melihat kamarahan besar dari ibunya. Pertama kali pula buatnya ia mendengar ajakan ibunya untuk meninggalkan ayah.

 meninggalkan ayahnya, berarti melepas kenangan indah miliknya. Memikirkan pelukan ayahnya akan bergeser ke Mii, membuat perasaan tak rela merubunginya.
"ibu kenapa Yuu yang harus berpisah dengan ayah? Apa Yuu tidak boleh menyayangi ayah lagi?". Yuu kecil sudah amat mengerti arti perpisahan, tapi Yuu tidak tahu bahwa ibunya hanya membutuhkannya seorang.
"Yuu bisa butuh ibu saja sekarang. Ayah juga masih menyayangi Yuu, tapi yang Yuu butuhkan hanya Ibu." air mata mengalir dari mata kecil milik ibunya. Yuu kecil mencoba mempelajari maksud ibunya tanpa banyak bertanya lagi.

Yuu pergi ke desa tempat lahir ibunya, disana ia hanya menghabiskan hari dengan neneknya. Sedangkan ibunya bekerja pagi hingga malam untuk menutupi kebutuhan mereka. Sesekali Yuu melihat ayahnya datang ke desa untuk mengajak Yuu dan ibunya kembali. Rasa senang tidak bisa ditutupi Yuu, dan ibunya mengerti namun tidak rela untuk memberikan Yuu.
"sudah cukup kau membuatku lelah menangisi kebohonganmu, sudah cukup hanya aku yang kau buat seperti ini" Ibu Yuu berusaha menutupi suaranya yang bergetar menahan emosi.
Pada saat itu Yuu melihat ayahnya hanya dari balik tubuh neneknya. Neneknya selalu berpesan agar jangan melihat pertengkaran ibu dan ayahnya lagi.
"apa Yuu tidak boleh punya teman, nek?" ternyata selama ini Yuu menganggap kehadiran teman seperti Mii yang sangat mempengaruhi ibunya.
"apa seorang teman bisa memisahkan ayah dan ibu? Kalau Yuu berjanji untuk tidak lagi punya teman apa ibu mau berbaikan dengan ayah?".
Neneknya tertegun mendengar ocehan Yuu, sekilas ia menghapus air mata yang diam-diam jatuh ke kaca matanya.
"sayang...nenek hanya mau kamu tetap menyayangi ayah-ibu mu apapun yang akan terjadi nanti" nenek mengelus rambut cucunya dengan sesekali menepuk bahu kecil Yuu seolah menguatkan jiwa Yuu, padahal yang ia kuatkan tak lain perasaannya sendiri.

_______________________________________________________________________


"Harada.." suara lelaki memangil dari arah belakang. Mii menoleh sambil tersenyum.
"seperti biasa kau selalu cerah" laki-laki berkacamata menghampiri nya.
"Mii kaget kamu bisa tahu nama Mii" seperti biasa sikap bicara Mii yang ceplas-ceplos diselingi nada yang terdengar manis, membuat siapa pun tidak ada niat untuk membalas perkataan Mii.
"tidak ada alasan bagi kami untuk tidak mengenalimu, kau terlalu menarik perhatian Harada". Di sekolah,  Mii sibuk berkecimpung di OSIS, Mii selalu sibuk mondar-mandir untuk koordinasi ke setiap kelas.
"oh, ternyata Mii sudah sukses menjalankan tugas yaa" Mii bangga sekali dengan usaha kecilnya itu.
"Harada punya teman banyak, dan pasti tidak berkeberatan dengan bertambah lagi 1 teman, kan?" lelaki itu menanyakan hal yang berbelit pada Mii.
"Mii tidak berkeberatan untuk berteman dengan siapa pun,memang teman mu yang mana yang mau berkenalan dengan Mii? " agaknya dia salah pengertian.
"tentu saja aku Harada, namaku Kunimitsu Hatori"
"Ohh, haha tentu saja Kunimitsu-san. Salam kenal"

#lanjut scene 3

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Movie-Review From Up on Poppy Hill

Drama Review : Boku no Ita Jikan

Best Scene on Akagami no Shirayuki (Zen-Shira only)