Drama Review : Tonbi~ Layangan atau Elang~


Sugooooiiii
Gimana gak tambah cinta gue sama Takeru??? Gimanaaaaa???
Menurut gue dia itu aktor yang paling paling paling tulus banget sama semua perannya, ah! Setiap adegan dia muncul mata gue gak bisa berpaling kemanapun.
Gue paling menghargai banget sama aktris/aktor manapun. Gue cukup objektif lah sama kemampuan akting mereka. Emang sih awal-awal suka karena penampilan dulu, tapi kalo misalnya aktingnya kurang bagus, ya apa boleh buat yang bisa gue lakuin cuma mendengus dan merasa bete karena udah nyesel liat akting dia.
Kebetulan aja nih gue lagi keranjingan nonton semua drama&film yang dibintangin Takeru. Gue lagi pol banget download semuanya. Yang belum tayang juga gue liat mulu updatenya. Karena apa? Karena gue gak pernah nyesel sedikitpun setelah liat akting dia.
Dia gak punya face terlalu ganteng kaya haruma miura, tapi dia manis. Gingsulnya ituuu bikin senyumnya tambah merekah. Suka lah gue!
Haruma Miura
Suaranya juga, lembut sebagai laki-laki, tapi gak kaya perempuan juga. Gue suka!
Tonbi
Supaya gue gak lupa feel yang udah gue rasain setelah nonton Tonbi, mumpung ada waktu juga gue mau catetlah. Siapa tahu suatu saat ini tulisan ini jadi bikin gue inget masa-masa bahagia gue <3.
Dorama Tonbi ini ada 10 episode, setiap episodenya sarat dengan makna kehidupan banget. Seperti biasa drama Jepang yang udah gue tonton itu memang gak selalu yang bertema cinta ke lawan jenis, yang menya-menye. Khusus tonbi, ini tentang cinta Ayah ke putranya.

Ichikawa Yasuo (Uchino Masaaki) adalah seorang single father. Sangat mencintai mendiang istri dan putra satu-satunya. Kelebihan bapak ini adalah beliau gak pernah bisa jujur pakai kalimat yang bagus untuk menasihati dan menjelaskan betapa cintanya dia ke keluarga dan teman-temannya. Kalau orang Jepang bilang dia itu tipe Tsundere. Marah-marah mulu kerjaanya. Tapi bagi yang sudah paham sama wataknya yaa cuma bisa senyum aja menanggapi emosinya Yasu.
Di Tonbi, dia sebagai pemeran utama yang cerita kehidupannya dilihat dari sudut pandang anaknya Ichikawa Akira (Takeru Sato). Akira sangat bahagia dan merasa beruntung memiliki seorang ayah keras namun care. Berkat didikan ayahnya dia tumbuh menjadi pria yang baik hati, dan selalu bisa melihat setiap kejadian dari sisi positif.
Bahkan ada dialog lucu dari seorang kerabat Ichikawa, bahwa Yasu orang yang sangat berharga bagi masa depan Akira, karena Yasu merupakan contoh buruk yang perlu dihindari Akira. Haha. Ada benernya juga sih, kita itu belajar pengalaman kan tidak harus dari yang baik-baik aja. Tetapi pengalaman buruk adalah guru terbaik.

Ichikawa Akira putra yang paling berbakti pada ayahnya, wataknya itu nurunin dari mendiang ibunya. Dimana-mana emang gitu yah? Manusia itu dibuat berpasangan dengan sempurna. Mau ayahnya tukang marah-marah tapi istrinya sangat penyabar dan baik hati. Untung akira gak kebawa sifat keras kepala kaya bapaknya. Sepertinya sih yah, akira itu produk sukses. Produk yang bawa sifat-sifat baik dari kedua orang tuanya.
Jiwa lembut dan care dari ibu, sifat kerja keras dan tekun dari ayahnya. Gak kebayang deh gue kalo misalnya akira itu bawa sifat ayahnya semua, pasti ceritanya ke arah benci-benci mulu ke orang tua. Gak mendidik banget kalo begitu.
Banyak adegan yang paling gue suka, saat akira dewasa sering mengingat semua kenangan masa kecil dia sama ayahnya. Saat itu Akira jatuh cinta pada wanita single mother. Akira juga cinta sama anak dari wanita itu. Dia selalu melihat anak itu adalah wujud dia waktu kecil. Kesepian karena orang tua tidak lengkap. Akira yang saat itu statusnya masih pedekate ke ibu anak itu, dia sering memperlakukan anak itu layaknya anak sendiri. Tapi tulus kok, kan dia juga pernah ngerasain sepinya tanpa ibu, jadi dia paham banget sama kondisi mental anak itu.

Pada akhirnya Akira menikah dan hidup bahagia dengan keluarga barunya. Akira tahu suatu hari nanti anak tirinya bakal merasa gelisah jika dia punya adik. Makanya Akira berusaha untuk hati-hati pada perasaan anak tirinya. Di episode terakhir, anak tiri (Kensuke) iri pada adiknya. Dia di usia yang masih sekitar 7-8 tahun pergi kabur ke kampung halaman Akira. Itu menurut aku manusiawi banget. Biar bagaimanapun mana ada anak yang gak gelisah kalau kasih sayangnya terbagi dengan adik. Terlebih lagi dia sangat mengidolakan Akira. Merasa akira sudah punya anak kandung, mulailah dia gelisah. Hehe.
Waktu adegan Akira jemput Kensuke di kampung halamannya, Akira pol banget bersikap sebagai seorang ayah. Gue kaget banget liat akting Takeru pas nampar anak tirinya. Anjiiirrr tegas banget. Abis itu dipeluk deh. Oh My.. Takeru itu bisa sampai semerah itu mukanya pas dia nunjukkin kekhawatiran dia. Sugoi lah!



Over all, sampai adegan ending dari Tonbi ini memuaskan semua. Jujur aja gue ini suka banget nebak-nebak ending dari drama. Yah walopun ini bisa ketebak sih, tapi gue tetep suka karena gak ada satu tokoh pun yang berakhir menderita. Semua tokoh disini, selain pemeran utamanya juga kebagian cerita. Jadi gue pikir ini bukan sekedar cerita berat sebelah. Sama saja seperti di real life. Anggap aja kita sebagai pemeran utama dan orang lain adalah pemeran pembantu. Tapi dari semua yang kita temui dan kenal itu pasti ada bagian ceritanya kan? Gak mungkin gak ada ending. Tapi ya gak mungkin juga semua ending bahagia. Maka dari itu, kita dituntut untuk selalu memaknai kejadian di hidup ini. Jangan dianggap cuma iseng-isengnya Tuhan aja. Pasti ada tujuannya laah.


Alhamdulillah, ternyata pas otak lagi bener ada gunanya juga yah gue. Hehe.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Movie-Review From Up on Poppy Hill

Drama Review : Boku no Ita Jikan

Best Scene on Akagami no Shirayuki (Zen-Shira only)