I'll Be There Scene 7
Ibu Mii
yang langsung pergi ke sekolah setelah di telepon pihak sekolah soal Mii, ia
tidak bisa menyembunyikan perasaan khawatirnya. Hal yang paling pertama ia
lakukan adalah menemui wali kelas Mii dan minta diantarkan ketempat Mii berada.
Wali kelas menenangkan ibu Mii, karena sudah ada Yuu disamping anaknya. Tapi
tetap tidak membuat ibu Mii berhenti gelisah.
"sesuai
dengan yang kuperkirakan, ah tapi aku jadi sedikit menyesal." Yuu
menunjukan wajah pura-pura merasa bersalah.
"lihat
Nao, orang seperti ini yang habis-habisan kau bela" Mii muak melihat wajah
kedua orang didepannya. Nao mendekati Yuu,
"kak,
kau hanya mau melindungi Mii kan? Dan membiarkan dirimu yang dapat anggapan
jelek?" Nao masih tetap membela Yuu, atau mungkin yang dia bela adalah
pendapat dia sendiri soal Yuu.
"Nao-kun
kamu baik sekali denganku, baik dengan bodoh itu beda tipis ya" Yuu
nyengir melihat Nao. Ia sedih melihat Yuu berkata itu tentangnya.
"aku
tetap akan menyukaimu, tidak yang tetap aku sukai dirimu yang dulu kak.."
wajah Nao memerah, menahan rasa pedihnya.
"wah
aku menang telak 2 kali, kau lihat Mii??" Yuu menyilangkan kedua lengannya
dan memandang Mii. Mii hanya bisa menangis dalam diam..
"Mii-chan.."
terdengar suara dari ibu Mii, diikuti kemunculannya di depan pintu bersama wali
kelas Mii. Ketiga orang didalam UKS menoleh kebelakang, hanya Yuu yang langsung
membuang muka.
Mii memaksakan diri untuk tetap tersenyum,
walau air matanya tetap mengalir. Ibunya langsung menghambur ke tempat Mii
berada,
"mana
yang sakit? Ya ampun kau sampai menangis." jelas dia sangat khawatir
dengan kondisi anak kandungnya. Ditanya seperti itu Mii hanya menunjukkan
dadanya, tanda yang paling sakit dari tubuhnya adalah hatinya. Tapi ibunya
salah pengertian, ia kira Mii memang sesak nafas.
Yuu
mundur sedikit ke belakang diikuti Nao yang langsung berdiri disamping Yuu.
"Nao-kun
tante tidak akan menyalahkanmu sampai Mii menceritakan semuanya pada tante,
jadi kamu jangan khawatir. " ibu Mii memang wanita yang sangat baik hati,
lalu Nao hanya mengangguk sambilberkali-kali meminta maaf. Dan pada akhirnya
tanpa banyak bicara, Mii segera dipapah ibunya berjalan keluar dari tempat
itu.
Sampai
mereka menghilang dari tempat itu,tidak sekalipun Yuu ditatap oleh ibu tirinya.
Entah karena memang ibunya sudah tahu penyebab Mii begini, atau karena beliau
yang tidak begitu peduli padanya.
"semakin
memuakkan.." bisik Yuu. Ia sedikit oleng dan menabrak Nao, Nao yang saat
itu memandangi kepergian ibu dan anak itu kaget karena Yuu.
"kak.."
Nao tidak merasa curiga dengan tabrakan kecil Yuu, karena dia tidak melihat
wajah Yuu. Namun akhirnya ia melihat sekilas bibir Yuu yang gemetar.
"Tidak
akan ada yang menyalahkanmu, kak. Semuanya akan baik-baik saja." Nao
mendekatkan diri pada Yuu. Yuu yang sejak tadi menatap kepergian Mii dengan
pandangan kosong langsung menoleh kearah Nao.
"baik
dan bodoh itu beda tipis." Yuu lagi-lagi merendahkan Nao, namun mendengar
itu Nao malah tambah kasihan dengan Yuu.
"selelah
apa tubuhmu selama ini kak?"
"mengapa
kamu tidak menghentikan kebiasaanmu ini Nao, mulailah ganti dengan
memperhatikan perasaan sendiri. Kau membuatku sebal!" Yuu berniat pergi
dari sana, namun tangannya ditahan Nao.
"mengapa
bukan kakak saja yang mulai untuk menghentikan perasaan kakak. Tidak ada yang
akan menyalahkanmu, kalaupun ada aku pasti yang akan.. "
"rasa
kehilangan yang kamu terima tidak sebesar aku Nao-kun." Yuu menatap sedih
pada Nao, sebenarnya ia tidak ingin banyak bicara, tapi akhirnya..
"Nao
kun, kamu baik. Aku tidak mau lagi mengatakan kamu bodoh. Tapi kamu baik,
terima kasih." dan Yuu benar-benar pergi meninggalkan Nao.
Yuu
berjalan letih di lorong, ia menahan airmatanya. Sesekali melihat ke luar
jendela menatap ibu dan Mii yang masuk ke taksi. Menyentuh kaca jendela
tersebut dengan jari-jarinya.
"ibu,
kau mau aku bagaimana?" dan ia pun menangis lemah.
Nao
berjalan tidak melewati lorong yang sama dengan Yuu, makanya ia tidak melihat
keadaan sebenarnya Yuu. Tapi yang ia lakukan sama seperti Yuu, berjalan dengan
gontai. Ia habis pikir, ia harus melewati harinya dengan perasaan seperti apa?
Keadaan ini membuatnya bingung.
_____________________________________________________________________________________________
Yuu
pulang sekolah tepat waktu, langkahnya saat sampai didepan pintu ringan seperti
biasa. Ia pun masuk kedalam rumah dengan mengucapkan salam seperti biasa, dan
ternyata ada yang menyahut. Yaitu suara ayahnya, "Kamu sudah
pulang.".
Yuu
senang untuk kali yang lumayan sedikit ayahnya yang menyahut dia saat pulang.
"Yuu
apa kamu sudah lapar? " ayahnya yang duduk di sofa menanyakan Yuu dengan
suara lembut miliknya, Yuu menggelengkan kepala.
"Aku
sudah kenyang atas semua masalah yang dibawa Mii." setelah itu dia segera
kedapur dan menuju kulkas.
"aku
cuma haus, yah." Yuu pun mengambil teko berisi air dingin.
Ayah Yuu
hanya diam mendengar perkataan putrinya, pasti dia mengerti betapa bencinya Yuu
pada adik tirinya, dan begitu sulit baginya untuk mengubah perasaan putrinya.
Tidak
lama, ibu Mii datang diantara mereka, ia menanyakan pada ayah apa mau makan
malam dengan delivery fast food. Pada akhirnya ayah pun menyetujui pertanyaan
ibu.
Yuu
menyindir dengan suara yang hanya bisa dengar sendiri,
"cuma
karena dia sakit ayahku jadi harus menelan makanan seperti itu."
Yuu naik
ke lantai atas untuk kekamarnya, tapi mengingat ada adiknya yang mungkin sedang
istirahat dia pun mengurungkan niatnya, dan kembali turun untuk duduk bersama
ayah.
"Yuu
kamu bisa kan melakukan hal-hal sendiri?" ayahnya bertanya masalah yang
kurang jelas dimengerti oleh Yuu.
"apa maksud ayah? Maaf anakmu ini bodoh." Yuu
menatap wajah ayah.
"ayah
bisa pulang cepat hari ini karena besok tugas dinas di luar kota untuk beberapa
minggu. "
"oh,
soal itu. Itu bukan perkara yang rumit buatku, mengapa ayah seperti minta izin
seperti itu padaku?" tiba-tiba Yuu melihat ada ibu Mii yang lewat dari
arah dapur dan tepat berdiri tidak jauh dari mereka,
"hal
seperti itu yang mendengar pertama kali pasti ibu." Yuu pun melirik ke
arah ibu Mii.
"oh
tentu saja, ibu sudah tahu, dan kamu pun berhak tahu." ayah seperti biasa
selalu melempar senyum tanpa curiga pada maksud Yuu.
"iya
ayah, kau harus pergi dengan tenang, kau jangan cemas denganku." dan Yuu
pun membalas senyum ayahnya dengan penuh maksud...
#Lanjut ke scene 8
Komentar
Posting Komentar