I'll be There Scene 6


"dia bilang padaku untuk mengembalikan ini. Yah kurasa memang harus dikembalikan"
Yuu memberikan sebuah bungkusan plastik pada Nao.
"apa ini? Dan dari siapa?" Nao terlihat bingung saat sekian hari tidak berjumpa dengan Yuu, tapi tiba-tiba Yuu memberikan benda untuknya.
"bendanya tidak penting, tapi lama-nya yang penting. Aku sudah meminjam terlalu lama." Yuu memang sengaja menjawab pertanyaan Nao dengan jawaban gantung. Ia ingin melihat ekspresi Nao apakah dia akan menerima saja dengan ikhlas pada apapun pemberiannya, atau memberontak..

"kurasa penting bagiku untuk tahu". Ternyata Nao sudah bisa menunjukkan kekesalannya, tapi bukan menjadi hal yang Yuu kecewakan. Yuu sengaja melihat sampai dalam ke mata Nao.
"kakak, aku benar-benar sudah habis olehmu. Bisakah tidak memperlakukan aku.. ." Nao kehabisan niatnya untuk mengadu. Karena baik dipikir oleh otak siapa pun, bukan salah Yuu selama ini. Bukan salah Yuu karena sudah menolak mentah perasaan Nao. Nao sepertinya takut, ia semakin terbebani dan malah semakin malu jika berhadapan dengan Yuu. Ia menciut, mengecil, dan ingin menangis.
"kau bisa melihat isinya, disini bersamaku kalau kau mau." Yuu memberikan tangannya siap meraih bungkusan itu. Tapi yang dilakukan Nao adalah memegang erat plastik itu.
"kalau tidak penting bagiku, akan kubuang". Nao berbalik dan berjalan pergi menjauhi Yuu.
"Nao-kun.." Yuu memanggil sekali lagi Nao, Nao masih menyahut dengan menghentikan langkahnya kemudian menengok ke belakang.
Ia melihat Yuu tersenyum sempurna untuk Nao. Ia bingung apa yang sebenarnya Yuu pikirkan. Apakah, sikap buruknya kali ini justru menyenangkan bagi Yuu . Atau memang perasaan Yuu sudah membaik seiring semakin jauhnya benda di dalam plastik itu darinya. Nao tidak mungkin bisa menutupi kebahagiaanya atas senyuman Yuu, ia yang tadinya gelisah ingin cepat meninggalkan Yuu, justru berharap boleh menghampiri Yuu lagi sama seperti sebelum ia ditolak.

"kakak aku sedih melihatmu sebelum ini, tapi aku lebih suka denganmu yang dulu".
Nao menyudahi perjumpaan mereka  dengan kalimat terakhir tersebut. Tapi tidak apa bagi Yuu. Ia mengerti hal ini.


-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Di ruang kelas, Nao duduk di bangkunya. Di mejanya berserak isi bungkusan dari Yuu, satu set crayon.
"buat apa dia memberikan ini?" Nao berpikir keras, dia tidak tahu sejarah apa yang pernah di berikan dari crayon tersebut.
"kau dan dia sama saja, Nao-kun?" Mii yang dari tadi duduk di depan Nao dan diam saja melihat tingkah Nao akhirnya berkomentar.
"kalian hanya memelototi crayon itu hingga bermenit-menit tanpa gerak. " Mii kesal dengan sikap mereka yang selalu mirip.
"apa kakak juga selalu melihat ini terus? Apa kau tahu apa yang didalam pikiran dia?" barulah Nao ingin tahu semuanya tentang Yuu dari orang terdekatnya Mii. Selama ini ia selalu mencari tahu sendiri dan tidak pernah menyakannya pada Mii.
"mana ku tahu pikiran dia apa" Mii mulai jengkel, "mulai dari kapan sih kau menyukainya?!" Mii berdiri dan menggeser meja Nao, kini ia berdiri tepat di depan Nao. Memberikan kesan bahwa dia akan menghajar Nao.
"Mii, kau berlebihan sekali.." Nao cemas dengan sikap Mii.
"kau mencemaskan aku,atau malu dengan sikapku? " Mii membesarkan suaranya hingga teman-teman di kelas yang ada pada saat itu kaget.
"sekarang aku sudah muak sekali mengingat masih ada perempuan itu didalam kepalamu. Mau sampai kapan Nao??" Nao hanya bisa diam, tidak mungkin ia menyanggah perkataan Mii.

Orang-orang disekitar mereka mulai menimbulkan suara yang tidak mungkin Nao dan Mii tidak dengar. Bisikan-bisikan kaget, ingin tahu, serta menebak-nebak apa yang terjadi. Tentunya Nao tidak ingin Mii semakin kacau dan terlihat banyak orang, maka ia mengajak Mii bicara di tempat lain saja. Tapi Mii malah menolak.
"ayolah Mii, jangan sampai orang melihatmu seperti ini" Nao memohon.
"kau peduli pada siapa sekarang? Kalau sekarang aku tidak bicara seperti ini, kau akan semakin hanyut olehnya!!" Mii sudah sulit dihentikan.

________________________________________________________________________


Berita tentang Mii yang sudah kalap menyebar ke seluruh lapisan di sekolah itu, termasuk ke kelas kakaknya. Yuu diam saja saat  ditanya orang lain soal Mii, ia hanya menanggapi dengan senyum.
Teman-teman dekat Yuu khawatir dengan perasaan Yuu, mereka takut Yuu bakal terseret-seret image jelek yang sudah di keluarkan Mii. Yuu berkata pada temannya, kemungkinan besar penyebab Mii begini karena dia. Temannya yang bingung justru malah menyemangati Yuu, tetap percaya kalau Yuu hanya mau menutupi kesalahan adiknya. Padalah kenyataan sebenarnya sudah disebutkan Yuu.

Yuu berjalan mengunjungi kelas adiknya, yang dia lihat justru kerumunan teman sekelas  Mii yang sedang sibuk membicarakan Mii, Yuu menanyakan kemana adiknya pada salah satu orang disana.
"dia dibawa ke UKS". Seorang teman Mii yang menjawabnya.
"maaf kami tidak mau ikut-ikutan mengantar dia, kami pikir biar Nao saja yang menemaninya sebab Nao yang punya masalah pribadi dengannya."
Yuu hanya mengangguk, benar kata temannya. Buat apa mengurusi masalah orang. Lalu Yuu segera menuju UKS.

Di tengah perjalanan Yuu bertemu gurunya. Guru tersebut akan menghubungi orang tua Mii karena sepertinya Mii sedang tertekan. Yuu mempersilahkan, lalu melanjutkan jalannya ke UKS.

Di UKS, Yuu melihat tubuh Nao yang menghadap ke kasur Mii. Mii berbaring di kasur tersebut sambil memalingkan wajah dari Nao. Yuu menghampiri mereka berdua, dia diam saja tidak tahu harus mengucapkan kata apa. Nao yang menyadari kedatangan Yuu memberikan kursinya untuk Yuu, tapi Yuu menolak.
Ada keheningan di antara mereka, bingung harus memulainya bagaimana, ketiganya baru kali ini dipertemukan dalam  kondisi seperti itu.

"kau senang kan melihatku kalah?" barulah Mii yang memulai percakapan. Perkataanya ditujukan kepada Yuu. Baru Yuu mau bersuara, Nao langsung menjawab.
"mengapa dengan kakak sendiri kau menganggap ini sebuah aduan?"
Yuu tersenyum di ujung bibirnya, menganggap ini kekanakan.
"karena memang ini yang kakak inginkan! Karena tahu dia yang ujungnya akan senang dia sengaja diam sampai aku merasa kalah! " lagi-lagi Mii meneriakkan kekesalannya.

"cukup Mii, kau selalu saja menimpakan kesalahan pada kak Yuu" tidak ada yang bisa Nao lakukan selain membela Yuu. Yuu menikmati ini, dan dia diam saja melihat mereka.
Mii langsung duduk dari pembaringannya, wajah dan bibirnya pucat. Ternyata Mii cepat drop kalau sedang kesal. Ia melihat tajam kearah Yuu,
"kau memang orang yang paling senang melihatku begini. Karena apa hah? Apa karena ibumu yang pergi meninggalkanmu? Apa karena ibuku yang lebih mendapatkan cinta dari ayah? Apa karena itu kamu iri padaku hah?"
Yuu terhenyak oleh ucapan Mii, kata-kata Mii benar sekali. Ini semua berasal dari iri.

"Mii.. Jangan mengucapkan hal yang menyakitkan pada kakak." Nao memohon.
"ah.. Ketahuan ya?? Aktingku kurang bagus.." Yuu memainkan rambutnya. Dan Mii hanya mendengus sambil menggigit bibirnya. Nao mengerutkan dahinya, tidak tahu harus berkata apa.

"disini aku yang jadi pemeran antagonisnya ya…." Yuu tersenyum. Baik Nao dan Mii tidak ada yang sanggup berkata apa-apa lagi...

#lanjut scene 7

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Movie-Review From Up on Poppy Hill

Drama Review : Boku no Ita Jikan

Best Scene on Akagami no Shirayuki (Zen-Shira only)