Manga Review : Hoshi wa Utau ~ Twinkle Star (Part 2)
Meneruskan postingan
manga review Hoshi wa Utau..
Sebelumnya baru
sampai kulitnya aja. Tokoh-tokoh yang dikenalin juga belum lengkap. Kalo
misalnya gue kenalin semuanya takut keburu mual. Jadi kita bahas pelan-pelan
aja yah..
Untuk postingan sebelumnya bisa lihat di Manga Review : Hoshi wa Utau ~ Twinkle Star (Part 1)
Kali ini gue mau
bahas hubungan antar tokoh, ada hubungan persahabatan, persaudaran sesama
senasib, dan tentu saja percintaan <3 ~
Yang bikin gue
mencintai karya Takaya-sensei adalah karena beliau tidak pernah memberikan
problem yang cetek. Dia selalu membuat cerita yang kompleks. Gak puyengin sih,
mengalir begitu saja. Kita pun sebagai pembaca tidak perlu lelah karena terbawa
emosi. Kan ada tuh yang drama queen banget, ampe lelah penonton/pembacanya.
Yasudah, langsung
masuk aja…
Tokoh utama kita si
Sakuya Shina ini punya sahabat baik, sepupu yang care, dan juga someone special
yang really special. Untuk orang yang selalu punya jiwa positif kaya dia pasti
setiap hari hidup penuh syukur. Hehe. Dari luar dia tampak baik-baik saja, dia
sebisa mungkin tidak menyimpan kesedihan, namun juga dia selalu bersedih dan
khawatir dengan sekelilingnya. Kalo misalnya pernah baca karya takaya-sensei
sebelumnya yg judulnya fruits basket, mirip lah! 11 12 Sakuya dan Tohru. Emang
gitu kali yah cetakannya sama.
Dari semua hubungan
Saku dengan tokoh lainnya, gue punya respek yang lebih pada Kanade, sepupunya.
Kenapa? Kenapa yah? Unik aja. Sepupu sih, gak ada hal yang spesial dari seorang
sepupu. Anak dari paman/bibi kita. Secara hubungan darah, sepupu masih bisa
kita nikahin (udah mulai melenceng). Gitu. Paham? Gak. Oke. Hahah (sorry gue
bingung ngasih intronya gimana. Terlalu banyak yg pengen gue bahas)
Saku dan Kanade itu
terpaut umur yang gak jauh2 amat sih. Misal Saku 16 tahun Kanade 20-22.
begitulah kira-kira. Kanade itu seorang cowo gak berguna yang tinggal berdua
bersama Saku. Ada sejarahnya kenapa mereka bisa tinggal bersama. Sejarah nya
itu menurut gue pediiiih banget, makanya gue bilang hubungan mereka itu paling
bikin gue respek. Saat arah ceritanya mulai buka masa lalu mereka, mata gue
seakan melek dan baca dengan fokus. Karena fakta dari mereka itu bikin ngenes.
Gue dari dulu lebih suka cerita ngenes antar keluarga daripada antar pasangan.
Kanade |
Keduanya adalah anak
yg telah "dibuang" orang tuannya. Lebay kalo gue kasih kata
"dibuang" tapi emang gitu sih kesimpulannya. Sebelumnya gue udah
jelasin kan gimana Saku dibuang orang tuanya. Naah kalo kasus Kanade, dia itu
hanya karena gagal ujian masuk universitas terbaik pilihan orang tuanya.
Bayangin, gak kaya gue yang masa depan gue ya ditangan gue. Gue menilai orang
tua gue hanya menyampaikan yang baik-baik saja. Membuat gue agar terus lurus
dan mencapai cita-cita gue. Mereka gak pernah membuat gue tersudut dengan
keinginan2 mereka. Saat gagal, mereka tetap support gue. Gue inget banget waktu
gue lagi depresi (gini2 gue juga pernah depresi) karena gue gagal masuk
kebidanan, padahal nilai gue di peringkat atas. Secara logika nama gue gak
bakal tergeser. Ternyata Allah memang ikut campur untuk urusan hasil akhir.
Yang se-percaya diri seperti gue saat itu bisa dibalik kenyataannya. Gue?
Jangan tanya? Langsung jatuh tersungkur saat baca hasil pengumuman. Subhanallah
*lah napa jadi
curcol?*
Kanade udah belajar
keras. Untuk nyamain kaya usaha keras gue? Jangan disamain, jauh bangeeet.
Tipikal orang jepang tuh gitu, benkyoshitte banget. Belajar keras, sampai
hidung mimisan. Beda banget lah sama pelajar Indonesia yang mau UAN. Cuman
belajar paling awal itu pas 2 bulan menjelang. Bahkan yang lebih seenaknya
sendiri sebulan sebelum UAN. Gue? Jangan tanya gue juga lupa sih kapan gue
mulai belajar ujian. Mungkin aja pas dari awal kelas 3 sih. Tapi saat yang
paling keras yah pas 3 bulan menjelang. Sudahlah, udah lupa.
Kanade yang udah
stres ditambah orang tuanya yang berusaha "memahami" dengan berkata :
"Masih ada kesempatan tahun depan". Padahal jelas-jelas Kanade itu
udah lelah dengan desakan orang tuanya. Malah harus terus berusaha. Makanya
Kanade hampir gila dan nyaris memukul ayanhya dengan tongkat golf. Hehe. Gue
nyesek pas baca bagian itu. Setahun setelah gagal, kanade terus menghabiskan
waktunya dikamar. Urusan makan ibunya masih memberikan senampan makanan,
terkadang terselip sejumlah uang. Haha. Gue bacanya sambil meringis. Gagal
banget itu ortunya ngebesarin Kanade.
Sampai pada suatu
hari, datanglah ayah Saku dan meminta Kanade untuk tinggal saja bersama
putrinya.
Alasan yang dipakai
ayah Saku adalah : "karena Saku sudah masuk SMA, kami berniat untuk
membuat dia tinggal terpisah saja. Tapi kami juga ragu bagaimana dia bisa hidup
sendiri. Jadi kami pikir, kamu bisa menemaninya". "Tentu saja tidak
perlu khawatir dengan biaya hidup, kami akan memenuhinya"..
Hanya kalimat
bujukan yang terbuat seakan masih care, tapi terdengar menyedihkan. Kanade
tanpa pikir panjang menyetujuinya. Dia pikir juga buat apa lagi tinggal
lama-lama bersama orang tuanya yang jelas2 tidak lagi mau menoleh untuknya.
Singkat cerita, di
hari Kanade menjemput Saku ternyata Saku tidak tahu menahu mengenai rencana
orang tuanya. Kanade juga hanya dingin bilang ke Saku : "dibandingkan
tinggal dengan putrinya, dia lebih memilih hidup bersama wanitanya... ",
"mereka sudah tidak menginginkanmu.."
*nyesek*
Ada gitu yaah orang
tua sebodoh itu. Yaaah anggap aja iseng-isengnya Takaya-sensei. Gue yakin gak
ada satupun ikatan yang paling kokoh daripada ikatan orangtua-anak.
Sehabis mereka
tinggal bersama pun, 6 bulan awal tidak berjalan mulus. Tetep aja Saku yang
mesti usaha keras. Saku hidup meyesuaikan diri dengan Kana. Tiap harinya mereka
tidak pernah bertatap muka karena Kana memang sengaja mengganti life-cycle nya.
Jika Saku bangun pagi-tidur malam. Kana kebalikannya. Paling-paling Saku hanya
ajak ngomong didepan pintu kamar Kana atau lewat postnote. Hehe, kaku. Tapi
pada akhirnya Kana mulai terbuka dan sayang pada Saku.
Gini deh, entah
kenapa gue lebih suka pasangin Saku sama Kana. Mereka cocok banget, Saku yang
suka cerita berbagai macam hal disetiap harinya. Dan Kana yang duduk
mendengarkan (walaupun kelihatannya Kana bosan, tapi sebenernya Kana itu
interest). Kana itu terkadang gue anggep dia kaya punya "rasa" ke
Saku. Tapi yaaah maunya Takaya-sensei hanya sampai perasaan senasib aja sih.
Padahal bagus banget kalo emang Kana dengan Saku. Lebih natural. Hahah
*baru ngomongin Saku
sama Kana aja udah sepanjang ini yaaah?? Apa kabar ceritain Saku-Aoi. Heeemm
kalo bisa dibilang sih ngomongin Saku-Aoi itu gak seseru kalo ngomongin
Saku-Kana atau Honjo-Saki. Nanti deh kalo gue bahas Honjo-Saki, gue pasti
ngetiknya sambil deg-degan. Hihi ^^ dua orang itu tercipta karena memang
keadaan. Suka banget gue. Nanti deh pasti gue bahas ^^
Sekian lah,
agak-agak bodoh juga sih gue. Kenapa gue malah bahas yang bukan cerita intinya.
Hihi^^ habisnya gue lebih cinta Saku-Kana. Tapi Saku-Aoi juga bagus kook, tapi
bagusnya bukan dilihat dari sudut percintaannya. Lebih karena masalah yang
ditimpa Aoi sih. Gimana yaaah. Kalo mau bahas mereka berdua itu cabangnya jadi
banyaaaakk.. Bawa-bawa tokoh yang lain juga. Gue belom siap. Entar deh, pasti
gue bahas. Tapi entar dulu. Menyepi dulu ^^;
Bhay!
Komentar
Posting Komentar